assalamualikum saudaraku muslim diseluruh dunia

>aku adalah aku jika aku diketahui kamu maka aku bukan aku siapakah aku ASSALAMUALAIKUM KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA TIADA LAIN TIADA BUKAN HANYA UNTUK MENGENAL ALLAHSELAMAT DATANG DI MY BLOG JANGAN LUPA DIBACA,DIPAHAMI,DIKAJI DAN LIKE YA!!!!MISS ALLAH & MUHAMMAD
KULLU NAFSIN ZAIKATULMAUTingat dunia hanya sementara

silak te pade berajah lek de side allah

Tuesday, 18 September 2012

MENGENAL ALLAH 3







TENTANG WIHDATUL WUJUD

Katanya pula, wujud Alam adalah ‘AIN WUJUD ALLAH.
ALLAH itulah Hakikat Alam, tidak ada disana perbedaan diantara WUJUD yang QADIM yang digelari KHALIK itu dengan Ujud yang BAHARU. Dan yang digelari/ dinamai MAHLUK.
Tiada ada perbedaan ‘ABID dengan MA’BUD bahkan ‘ABID dan MA’BUD adalah satu. Perbedaan itu hanya Rupa dan Ragam dari Hakikat yang ESA.
Kadang kadang menjelma sebagai ADIKARA gagah perkasa.
Kadang kadang menjelma sebagai FIR’AUN, dan kadang kadang menjelma sebagai Orang Mulia dan Tinggi, sebagai Nabi nabi. Kesegalanya adalah “AIN yang satu.
Hakikat ‘ABIT dan WUJUDNYA dan KEAKUANNYA JUA.
Dan beliau Syairkan :
AL’ABDU RABBUN WARRABU’ABDUN
YA LAITA SYI’RI MAN’IL MUKALLAP
INQULTA ‘ABDUN FAZAAKA RABUN
AUQULTA RABBUN ANNA YUKALLAP.

Hamba adalah Tuhan dan dan Tuhan adalah Hamba
Demi Syu’urku, Siapakah yang Mukallap
Kalau Engkau katakana Hamba, padahal Dia Tuhan
Atau Engkau katakana Tuhan, Yangmana yang diperintahkan.

RABI’ATUL ADAWIYAH

Setengah dari pada Syairnya :
UHIB BUKA HUBBAINI HUBBABUL HAWA
WAHUBBAH LIANNAKA AHLUN LIZAKA
FA AMMALLAZI HUWA HUBBUL HAWA
FASYUGLI BIZIKRIKA ‘AMMAN SIWAKA
WA AMMALLAZI ANTA AHLUN LAHU
FAKASYFUKA FIZAKA ‘WALA ZAKILLY
WALAKIN LAKAL, HAMDU FI ZAWA ZAKA.

Ku Cinta padamu, dua macam Cinta, Cinta rindu dan Cinta karena Engkau berhak menerima Cintaku.
Adapun cinta karena engkau, hanya Engkau yang aku kenang tiada yang lain.
Adapun Cinta karena Engkau berhak menerimanya agar Engkau bukakan bagiku Ijab supaya Aku dapat melihat Engkau.
Pujian atas kedua perkara itu bukanlah bagiku, Pujian atas kedua perkara ini adalah Bagimu.

IMAN GHAZALI memberikan pendapatnya atas Syair itu demikian :
Barangkali yang beliau maksud dengan Cinta Kerinduan, ialah Cinta akan ALLAH, karena IHSAN dan NIKMATNYA diatas DIRINYA.
Karena ALLAH telah menganugrahinya hidup, sehingga menyebut namanya. Adapun Cinta keduanya yaitu :
Cinta karena ALLAH(JAMAL) dan Kebesarannya (JALAL) yang kian sehari kian terbuka baginya. Maka itulah Cinta yang setinggi tingginya (KAMAL) karena Cinta yang timbul kepada Tuhan, karena merenangi KeIndahannnya MA’UL RUBUDIYAH) itulah yang pernah disabdakan Rasulullah SAW dalam satu Hadis Qudsy :
Aku sediakan bagi Hambaku yang Saleh, barang yang Mata
Belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, dan
Belum pernah terkhadir di Hati Manusia juapun.

INNI JA’ALTU KAFIL FUADI MUHADDINTSI
WA ABUHTU JISMI MAN ARADA JULUSI
FAL JISMU MINNI LIL JALISI MU’ANISUN
WAHABIHU QALBI FILFU’ADI ANISI.

Jadikan Engkau teman bercakap dalam hatiku, Tubuh kasarku biar berhadap dengan yang duduk, jisimku biar becengkrama dengan tolanku dan hatiku hanyalah tetap Engkau Sendiri.

TASHIL ILAHA WA’ANTA TAZHARU HUBSAHU
HAZA LA’UMRU FIL FA’ALI BADIU
LAU KANA HUBBUKA SADIKAN LA ATHA’TAHU
INNAL MURIBBA LIMAN YUHIBBA YATHI’U

Durrhaka kepada tuhan didalam Bathin, tetapi di lidah engkau Ta’at kepadanya.
Umurku, ini perbuatan yang amat ganjil.
Cinta sejati tentu Kau turut apa perintah
Pen Cinta Ke … yang di Cinta Tha’at dan patuh.

AL BAIRUNI “ MAZHAB PATENGGEL, Inilah dipakai oleh Kaum Shuffi untuk mencari Al Haq dengan kata mereka :
Selama Engkau masih memberi Isyarat
Tidaklah Engkau Meng Esakan
Sebelum Al Hak menguasai Isyaratmu
Dengan Fananya Diri Engkau
Maka tidaklah Tinggal lagi yang
Memberi Isyarat
Dan tidak pula Isyarat itu sendiri
Yang memberi Isyarat dengan yang diIsyaratkan.
TELAH SATU.

Perkataan mereka Kaum Suffi didapat juga kata kata tentang pantun :
Bagaimana saya akan dapat menjelaskan siapa Dia
Saya itu dengan saya, dan saya dengan Dimana
Kalau Saya kembali, dengan kembali itulah Saya terpisah
Kalau Saya lalai, dengan lalai itulah saya terpisah.
Dan dengan bersatu, baru saya merasa tenteram.


ZADTULLAH

Bermula Zadtullah Ta’ala itu tidapa dapat dikatakan Sifat,
tetapi lain dari pada sifatnya tiada dapat dikatakan,
dan Sifat itupun tiada dapat dikatakan Zadtullah Ta’ala.
Tetapi lain dari pada Zadtullah Ta’ala pun tiada dapat dikatakan.
Setelah sudah diketahui hakikatnya, kepada lafaz adalah namanya dua.
Kepada ibaratpun dikatakan dua, tetapi pada hakekatnya adalah tiada.
Dia hanya seperti ombak dan laut, nama sebetannya adalah dua, tetapi pada hakekatnya adalah tiad dua, adalah hanya satu, yaitu AIR.

Kata IMAM GHAZALI “SHIFATULLAHI LAISAT’ANUDZ DZATI WALAN CHAIRU SI WAAHU”.
Artinya Sifat Allah itu bukannya diri Zad dan tiada lain dari padanya, Sesungguhnya Rahasia Allah ta’ala itu, maka sifat ia adanya,

Sifat itu tiada lain daripada Zadtullah Ta’ala, sebagaimana didalam hadis Qudsy : “AL INSANU SIRRI WASIRRI SHIFATI WASHIFATI LAA GHAIRI MINADZ DZATI” artinya Bermula Insan itu rahasiaku, dan RahasiaKu itu ialah SifatKu, dan SifatKu itu tiada lain dari pada Zat.
ZAD zahirnya Wahdaniat (zahirnya dengan ke Esaan).
Batinnya Fardaniat (bathin dengan nama ketunggalannya).
DIKATAKAN TUNGGAL TATKALA AHADIAT
DIKATAKAN ESA TATKALA WAHDAT

WUJUD yaitu HAQ TA’ALA
WUJUD HAQ TA’ALA itu ‘AIN dengan Zad yang meujud, maksudnya : Nyata Wujud Haq Ta’ala itu pada Zat segala yang maujud ini.
Adapun sifat yang dua puluh itulah hakikat Zat Al Saari, dan
I) DZAT ALSAARI itulah hakikat sekalian martabat dan perhimbpunan sekalian martabat wujud IDHAFI (martabat yang tujuh) yaitu :
1. AHADIAT
2. WAHDAT
3. WAHIDIAT
4. ALAM ARWAH
5. ALAM MISAL
6. ALAM AZSAR
7. ALAM INSAN
Itulah yang bernama Wujud Idhofi

2) ROH IDHOFI itulah Nyawa Muhammad dan Nyawa Ruhani.

3) RUHANI itulah hakikat tubuh Muhammad dan Nyawa Jasmani (segala tuibuh).
4) JASMANI itulah hakikat tubuh segala manusia dan Nyawa hayawani ( hewan)
    1. HAYAWANI itulah hkikat tubuh hewan, dan nyawa nabati (tumbuhan)
    2. NABATI itulah hakikat tubuh Nabati (tumbuhan) dan Nyawa Jamadi (buku-bukuan).
    3. JAMADI itulah hakikat dari segala buku bukuan.


RUH IDHOFI ITU MA’ALLAH (serta Allah)

Roh Idhofi yaitu Nyawa Muhammad atau Ruh Muhammad atau Hakikat Muhammad (WAHDAT).
Hakikat Muhammad adalah sebagai Ruh Amar, Ruh Quddus, Ruh Amier.
Allah adalah sebagai Zat dan Muhammad sebagai Sifat.
Yang bernama Zadtullah Zat Al Qadim itu wujud Idhafi (Ruh Rabbani), karena wujud Idhofi itu kuasa mematikan, menghidupkan dan mengadakan. Sebab itulah ma a Zadtullah itu dinamai Wujud Idhofi, karena tersandar kepada Alam, artinya meliputi, tiada diluar dan tiada didalam, karena Zadtullah umpama Matahari, dan Wujud Idhofi umpama cahaya. Yang memandang cahayanya tiada berlainan, dan menghendaki dua.
  1. Wujud Allah yang melihat cermin, dan
  2. Wujud Idhofi bayang bayang didalam cermin, karena tamsil cermin itu Alam, karena hakikat Alam itu manusia, pada ketika nyata ia mula Adam. Wujud Idhofi namanya,dan pada ketika hiduplah MA’LUM itu oleh karena ia memakai wujud itu, Ruh Idhofi namanya, yakni kedua duanya kepada Nabi kita Muhammad juga. Dari itu maka Ruh Idhofi dan Wujud Idhofi dapat ditempatkan sejajar pada satu garis.\
Nyawa Ruhani itu dengan Jasmani, adapun Jasmani itu bergerak kesana kemari dan tatkala tidur serta dengan mimpi. Adapun yang bernama Ruhani itu 7 (tujuh) perkara, yaitu QADIRUN, MIRIDUN, ALIMUN, HAYYUN, SAMI’UN, BASIRUN dan MUTAKALLIMUN. Nyawa Ruhani itu mengetahui Tuhandan mengikut titah Tuhan dan Sabda Nabi SAW : Ruhani itu bergantung kepada Ruh Ruh Idhofi, adapun Ruh Idhofi itu asli wujud sekalian Alam, dan Wujud sekalian Alam itu dari pada Ruh Idhofi serta badan sekalian manusia, binatang, kayu, batu, dan ketujuh lapis langit dan bumi, sekaliannya itu dari pada Roh Idhofi jua, dan wujud itu beroleh wujud dari pada Ruh Idhofi jua.

Adapun yang bernama Ruh Idhofi itu 7 (tujuh) perkara yaitu :
  1. KUDRAT
  2. IRADAT
  3. ILMU
  4. HAYAT
  5. SAMA’
  6. BASHAR
  7. KALAM
Itulah yang bernama Nyawa Muhammad.
Adapun yang sebenar benar diri itu Nyawa.
Adapun yang sebenar benar Nyawa itu Muhammad
Adapun yang sebenar benar Muhammad itu Allah
Adapun yang sebenar benar Allah itu Sifat
Adapun yang sebenar benar Sifat Allah itu Kunhi Dzatullah wajibal wujud, wujud Mahdin (wujud semata mata).
Itulah yang dikatakan Diri kita.
Adapun sifat Allah Ta’ala itu, wujud Allah yang kita perwujud. Dan hakikat segala mu’jizad, besar maupun kecil atau yang lain sebagainya.

Pada pandang zahir dan batin, pada hakikatnya atas rupa yang Esa yang sempurna, yang tiada bertulang, tiada berdaging, tiada berdarah, dan tiada berkulit.

Adapun pada Yakin Ma’rifat dan Tauhid kita, yang berbagai bagai rupa dan warna itu, hanya Esa atas rupa yang Esa juga.
Nama Allah itulah sebenar benar nama Allah.
Adapun nama HUWA itu ialah nama diatas segala nama, dan jika tatkala Ia sendirinya, belum ada sekaliannya, itu lengkap jadi NUR MUHAMMAD, maka Allah pun Ghaiblah ia kepada Nur Muhammad.

NUR MUHAMMAD ghaib kepada Dirinya, keluarlah nyawa, Nyawapun ghaiblah kepada sekalian badan hamba Allah yang Mu’min. Sebab itulah maka bersabda Nabi SAW :
MAN’ARA PANAPSAHU PAKAD’ARA PARABBAHU”
Artinya : Barang siapa mengenal dirinya, maka bahwasanya ia mengenal Tuhannya.

Adapun hendak mengetahui DZATTULLAHI TA’ALA Muhammadpun ghaib kepada hambanya sekalian.
Adapun yang dinamai ASY YA itu 2 (dua) perkara, yaitu :
  1. Cermin Kabir (besar) artinya Alam yang Besar (Mikrosmos).
  2. Cermin Sagir ( Kecil) artinya Manusia (Microsmos) karena tempat kenyataan Allah Ta’ala.
Seperti hadis Qudsy : “MAA ZHAHARTU FII SYAI’IN KAZHU HURI FIL INSAN” artinya Tiada Aku nyata kepada ASY YA (sesuatu) ini seperti NyataKu kepada Insan. Sebab itulah manusia itu namanya A’YAN SABITAH karena kenyataan yang teguh. Seperti firman Allah didalam Surat AN NUR ayat 88 juz XX no 27 “ SHUN’ALAAHIL LAZI ATQANA KULLA SYAI’IN “ artinya Perbuatan Allah yang telah membuat sesuatu dengan seteguh teguhnya, dan dinamai Manusia itulah yang bernama Allah, karena sebenar benarnya Insan itu Zattullah dan sebenar benarnya Zattullah itu Zat Insan. Karena Zat Insan itu Rahasia, dan Rahasia itu Kota Ghaib, yang tiada didapat oleh Sir dan Itikat, melainkan dengan disyarat guru kita yang sempurna Ilmunya.
Adapun yang bernama Rahasia itu SIRRULLAH. Adapun kita tiadalah mengerti jikalau tiada guru yang benar tangkas menguraikan masalah ini kepada muridnya. Maka tiadalah didapat akan perkataan ini, karena perkataan ini tiada boleh didengar sembarang orang, karena ilmu kesudahannya tiada ada didalam kitab. Adapun kita bertubuh akan Muhammad, Bathin dan Zahir bertubuh akan Roh namanya.
Tiada dikenang lagi hati dan tubuh, hanya bertubuh batin saja, artinya hanya Muhammad juga yang ada pada hakikat kita.

Adapun jadinya Muhammad juga yang ada pada hakikat kita. Adapun jadinya kita itu bertubuh akan Idhafi karena tiada lagi kita kenang tubuh bathin dan zahir itu karena bernama Muhammad. Itu rahasia Allah dan Sir namanya, karena nama Rahasia terlalu banyak, Allah namanya, Sifat, Asma, Af’al namanya juga, Muhammad pun namanya juga, sekalinnya nama Allah juga.

Adapun yang sebenar benarnya sifat Allah kepada kita, itulah Rahasia sebenar benarnya yang dibicarakan Rahasia yang ada pada kita yang kita ketahui.

Adapun tatkala jalan hakikat yang mengata “ALLAHU AKBAR” itu Zat, Sifat, Asma, Af’al tiada hati lagi menyebut dan tiadalah lidah lagi mengata, hanya Sifat, Asma, Af’al yang mengata itu. Tatkala Allahu Akbar itu yang berbagai bagai didalam sembahyang itu hanya Zat, Sifat, Asma, Af’al, Hayat, Ilmu, Qudrat, Iradat, Itulah yang mengata, tiada hati lagi. Karena yang bernama Zat, Sifat, Asma, Af’al, Hayat, Ilmu, Qudrat, Iradat, itulah nama Rahasia Allah Ta’ala.
Maka Rahasia itu yang sebenar benarnya SIRRULLAH.

Adapun Rahasia memerintah Ruh, dan Ruh memerintah hati, dan hati memerintah Tubuh, maka berlakulah Tubuh berbagai bagai, sembahyang atau berzikir atau berbagai bagai kehendak, semuanya itu adalah perintah Rahasia. Maka ujar Ma’rifat kita, tatkala berdiri sembahyang itulah yang ada sendirinya, tiada dua atau tiga, hanya Allah Yang Esa, dan yang mengata ALLHU AKBAR itu Rahasianya Allah. Kehendaknya Allah, Memuji diriNya sendiri.

FANA : artinya Fana itu, tiadalah kita lagi bertubuh batin dan zahir lagi, dan tiada lagi rasanya hati dan tubuh, hanya Allah yang ada, karena kepada Allah Ta’ala yang bernama Rahasia itu. Kehendaknya , kepada kita menjadi Rasa, maka betapakah kita berkehndak berbagai bagai, karena jikalau tiada rasa, maka betapakah kita berkehendak barbagai bagai, karena Rahasia itulah yang dapat melihat Allah. Dan mendengar Allah, dan yang dapat mengenal Allah, dan yang dapat memuji Allah, dan yang hendak berbagai bagai itu Rahasia Allah, kepada kita menjadi rasa yang ber daging atau berbagai bagai itu Rahasia Allah Ta’ala.
ﻠﻗﺩ ﻜﺎﻦ ﻠﻛﻢ ﻓﻲ ﺮﺳﻮﻞﺍﷲ ﺍﻮﺳﻮﺓ ﺣﺳﻨﺔ
Artinya : Cukup pada diri Rasulullah itu Suri tauladan yang utama bagi
Orang yang percaya pada Allah Ta’ala dan beriman pada hari
Kemudian.

Kutipan dari terjemah IHYA ULUMIDIN jilid 7 halaman 119 et I yang diterjemahkan oleh MAISIR THAIB DAN A. THAITER IIAMIDY.















No comments:

Post a Comment

ALLAH DAN MUHAMMAD SELALU BERIRINGAN,DIAMANA ADA MUHAMMAD DISITU ADA ALLAH