assalamualikum saudaraku muslim diseluruh dunia

>aku adalah aku jika aku diketahui kamu maka aku bukan aku siapakah aku ASSALAMUALAIKUM KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA TIADA LAIN TIADA BUKAN HANYA UNTUK MENGENAL ALLAHSELAMAT DATANG DI MY BLOG JANGAN LUPA DIBACA,DIPAHAMI,DIKAJI DAN LIKE YA!!!!MISS ALLAH & MUHAMMAD
KULLU NAFSIN ZAIKATULMAUTingat dunia hanya sementara

silak te pade berajah lek de side allah

Tuesday 18 September 2012

sambungan atau lanjutan mengenal allah yg ke 2



PENYAKSIAN DI ALAM ROH

ALAS TUBIRABBIKUM : …….. Benarkah Aku Tuhan Engkau
KALU BALA : ……… Benar Engkau Tuhan kami
SHAHIDNA : ……… Menyaksikan.

SUSUNAN DALAM RAHIM BAPAK

Di Otak : 7 hari
Di Rulang Belakang : 7 hari
Di Watsulbi Muntarait : 7 hari
Di Tulang Data : 7 hari
Di Pusat : 7 hari
Di Kalam : 7 hari
Jumlah = : 40 hari

Dalam Rahim Ibu 9 Bulan + 9 hari/7 Bulan + 7 hari, Titik NOKTAH.

1 hari : HU
3 hari : ALLAH
7 hari : INNALLAH (hanya Allah)
4 bulan + 4 hari : TURABBUNNUR (Tanah Nur)
7 bulan + 7 hari : SUBHANALLAH (Maha Suci Allah)
8 bulan + 8 hari : ALHAMDULILLAH ( Puji Bagi Allah)
9 ulan + 9 hari : INNA ANNA AMANNA ( Sesungguhnya
Aku beriman/Pembawa Amanah Allah
SWT).

Ujud artinya Ada, Mustahil Tiada, Mana yang Mustahil
Adalah Akwan Agiyar kita. Wajib Allah Ta’ala ada.
Tidak syah Ma’rifatnya, bila tidak mengetahui asal kejadian Diri kita ini.
Itifak/Mufakat
Seluruh Arifbillah.
Adapun menenal diri itu mengetahui dari pada asal Nabi Adam A.S. Asalnya Nabi Allah Adam itu nasarnya : Air, Api, Angin, Tanah, maka turunlah kepada kita :
Tanah itu = Tubuh kita hurupnya
Angin itu = Nafas kita hurupnya
Api itu = Daerah kita hurupnya
Air itu = Rasa kita kita hurupnya.
Maka itulah kita ketahui arti mengenal diri namanya.

Adapun kejadiannya Tanah bernama Syari’at = Tubuh kepada kita
Adapun kejadiannya Angin bernama Tarikat = Laku kepada kita
Adapun kejadiannya Api bernama Hakikat = Hati kepada kita
Adapun kejadiannya Air bernama Ma’rifat = Rasa kepada kita.
Itulah mengenal diri namanya.

Syariat umpama Kaki
Tarikat umpama Tangan
Hakikat umpama Tubuh
Ma’rifat umpama Kepala

Adapun yang bernama Diri Terdiri itu Rahasia namanya.
Adapun yang bernama Diri Tajalli itu Roh namanya
Adapun yang bernama Diri Terperi itu Hati namanya
Adapun yang bernama Diri Diperikan itu Tubuh namanya.

Mengenal Adam Menurut :
Syari’at adalah ia Manusia yang Pertama.
Tarikat adalah ia Hakikat yang Muncul.
Hakikat adalah ia Asma Allah
Ma’rifat adalah Hanya Allah (ILLallah).

ASYHADU adalah bagi kita Lidah
ALLA adalah bagi kita Badan
ILLAHA adalah bagi kita Hati
ILLALLAH adalah bagi kita Roh
HUWA adalah bagi kita Rahasia (Air).

Adapun yang sebenar benar Diri ialah Nyawa/Roh
Adapun yang sebenar benar Nyawa/Roh adalah Muhammad
Adapun yang sebenar benar Muhammad adalah Allah
Adapun yang sebenar benar Allah adalah segala Sifat Allah Ta’ala
Adapun yang sebenar benar Sifat Allah Ta’ala aalah Zadtullahita’ala.
Adapun Sifat Allah Ta’ala adalah wujud Allah Ta’ala yang kata mempunyai Wujud dan hakikat dari pada segala yang ada, besar maupun kecil. Bagaimanapun juga pada pandangan lahir maupun bathin adalah sebenar benarnya termasuk satu sifat yang sempurna, tidak bertulang, berdaging, berdarah, atau berkulit. Pada yakin kita maka yang berbagai sifat dan warna adalah Hanya satu, menurut yakin Ma’rifat kita.

Adapun yang bernama Wujud Hakiki yaitu Zadtullahita’ala. Wujud Hakiki itu mustahil pada pandangan awam, wujud majazi itu tidak ada pada pandangan wujud hakiki.
Wujud ‘A AM (umum) itu meliputi pada alam, dan nyata pada Muhammad.

Adapun yang sebenar benarnya manusia yaitu Muhammad.
Adapun sebenar benarnya Muhammad yaitu Allah
Dan sebenar benarnya Allah yaitu Zadtullah.

Maka itulah sebabnya kita manusia dilebihkan Allah Ta’ala dari pada semesta sekalian ala mini, karena asalnya kejadian sekalian itu daripada Muhammad.
Wallahuwalam.

BISMILLAHIN NURI NURUN’ALA NURIN

Inilah risalah singkat menjelaskan tentang martabat 7 (tujuh). Karena Martabat 7 (tujuh) itulah tahkiknya paham Ma’rifat atau sempuna bagi Aulia Allah yang semuanya mempunyai keramat besar dalam sejarah Mazhab Ahlul Sunnah Waljama’ah yang 4 (empat).

Adapun yang mula mula menyusun martabat 7 (tujuh) itu ialah SYEH AHMAD KUSASI BIN MUHAMMAD AL MADANI WALI KUTUB RABBANI RIJALUL CHAID yang masyur itu. Kemudian diteruskan lagi oleh murid muridnya yang bernama SYEH ABDURRAUB, SYEH MUHAMMAD SEMAN dan lain lainnya yang semuanya berderajat Wali Kutubburrabani.

Adapun marabat 7 (tuju) itu adalah berdasakan hokum AKLI dan NAKLI, untuk memahami Rahasia kebesaran Nabi kita Muhammad SAW yang sebenar benarnya karena himpunan segala rahasia Allah itu adalah terhimpun pada Wujud diri Nabi kita yang bernama denan Muhammad itu dan kezahiran Nabi kita itu menurut kezahiran manusia biasa denan beribu berbapak dan sebagainya.

Adapun arti martabat itu ialah tingkatan kezahiran rahasia Allah Ta’ala dan bersusun.
  1. Martabat AHDIAH
  2. Martabat WAHDAH
  3. Martabat WAHIDIYAH
  4. Martabat ALAM ARWAH
  5. Martabat ALAM MISAL
  6. Martabat ALAM ZASAM
  7. Martabat ALAM INSYAN.

PENJELASAN SATU PERSATU.

1. MARTABAT AHDIAH

Martabat Ahdiah bermakna Keesaan dan hukumnya LAA TA’AIN. Artinya tiada ada sesuatu wujud yang terdahulu adanya, oleh karena itu hanya dinamakan “AL HAQ” artinya Keesaan Kemempurnaan Semata mata.
Seperti Hadis Nabi SAW “ WAKA HALLAHUWALA SYIUM MA’AHU”
Artinya Adalah Allah itu Maha Esa dan tiada ada lainnya sertanya.
Maka martabat Ahdiah itu bukanlah berma’na bahwa ada sesuatu wujud yang terdahulu adanya dari pada Nur Muhammad atau wujud yang maujud adanya Nur Muhammad, tetapi adalah untuk menolak adanya Itikad yang menetapkan bahwa ada lagi suatu wujud yang meng ujudkan Nur Muhammad. Jadi jelasnya martabat 7 ya’ni Martabat Ahdiah itu adalah berma’na pengakuan kepada Ke Esahaan, Kebesaran dan Kesempurnaan Nur Muhammad itu semata-mata. Oleh karena itu Martabat yang sebenar benarnya adalah 6 (enam) saja. Dan bukan 7 (tujuh), sejalan dengan ayat “FII SIT TATIAIYA MIN SUMMASTAWA’ALAL ‘ARSII” artinya Kesempurnaan kejadian semesta alam adalah didalam 6 (enam) masa.
Kemudian sempurnalah kebesaran Allah pada kejadian ARASY yang Maha …..itu, menurut hadis sahih “bahwa yang masa yang terakhir yakni yang kejadian sempurnalah kejadian Nabi Adam, dengan ditempatkan diatas muka bumi.

Adapun hakikat ARASY yang sebenarnya menurut paham Ma’rifat yang tahkik adalah terkandung pada isyarat isyarat huruf Nabi Adam itu sendiri, ialah Alif dan Dal itu mengisyaratkan kepada “AHMAD” dan “MIM” itu mengisyaratkan pada “MUHAMMAD”.
Oleh karena itu pada hakikatnya kezahiran Nabi Adam itu adalah menjadi Wasilah Ja’ani menjadi jalan bagi kezahiran kebesaran Nabi kita yang bernama Muhammad itu sendiri.

Didalam tafsir yang ma’I’tisar kebesaran Nabi kita yang bernama Muhammad itu telah berwujud suatu sinar yang sangat menakjubkan pada nabi dan rasul rasul yang terdahulu dan bahkan kebesaran itulah yang telah menjadi MU’JIZAD bagi Nabi nabi terdahulu, maka kebesaran itulah diisyaratkan dengan “ANNUR” didalam AL QUR’AN, dan ANNUR itu bukanlah berma’na cahaya, tetapai berma’na Keluasan, Kesempurnaan yang tiada terbatas dan tiada terhingga,


2. MARTABAT WAHDAH.

Adapun Martabat Wahdah berma’na wujud yang awal yang tiada ada permulaannya dan hukumnya “TA’INUL AWWALU” artinya wujud yang terdahulu adanya dari pada segala wujud yang lainnya, lagi tiada ada permulaannya. Itulah yang dinamakan HAIYUN AWWALU”, HAIYUN AZALI, HAIYUN IZZATI, HAIYUN HAKIKI, yakni bersifat HAIYUN yang sebenar benarnya QADIM yang NAFSIAH, SALBIAH, MA’ANI dan MANAWIAH, ZALAL, ZAMAL, QAHAR, KAMAL, itulah hakikat kebesaran Nabi kita itu yang bernama Muhammad Rasulullah Sallahu’alaihi Wasallam.
Maka Kandungan nama Muhammad itulah yang dinakaman dengan Wahdah. Yang menjadi jumlah dan himpunan “AF’AL, ASMA, SIFAT, adapun Zad hanyalah bagi MA’LUM YA’NI SENDIRINYA.

ILLAH tidak lain, dan dinamakan HAWIYYATUL’ALAMI” artinya Sumber segala kejadian semesta ala mini, dan dinamakan HADRATUS SARIZ artinya kebesaran yang dipandang pada tiap tiap yang maujud pada ala mini, itulah yang diisyaratkan dalam Al Qur’an “NURUN’ALA NURIN” artinya Nur yang sangat dibesarkan pada semesta ala mini, yakni Nur yang hidup dan maujud pada tiap yang hidup sekalian ala mini atau Nur yang hidup dan menghidupkan.

Kebesaran hakikat Muhammad itulah yang sebenarnya dipuji dengan kalimah ALHAMDU karena kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itulah yang diisyaratkan oleh kalimah ALHAMDU itu, yakni ALIF berma’na ALHAQ artinya KEESAAN, KEBESARAN NUR MUHAMMAD tajallinya ROH bagi kita. “LAM LATIFUM” artinya Kesempurnaan Nur Muhammad” tajallinya NAFAS bagi kita, “HA” HAMIDUN artinya Kesempurnaan Berkat Nur Muhammad tajallinya : HATI, AKAL, NAFSU PENGLIHAT, PENDENGAR, PENCIUM, PENGRASA, dan sebagainya bagi kita.

MIM “ MAJIDUN” artinya Kesempurnaan Safa’at Nur Muhammad tajallinya bagi kita : IMAN, ISLAM, ILMU, HIKMAH, dan sebagainya.

DAL” DARUSSALAMI” artinya Kesempurnaan Nikmat Nur Muhammad, tajallinya bagi kita : KULIT, BULU, DAGING, URAT, TULANG, OTAK, SUMSUM.
Maka itu adalah tajallinya bagi diri yang bathin, adapun tajalli bagi diri yang zahir adalah “ALIF” bagi kita,

LAM” dua tangan bagi kita,
HA” badan bagi kita, “MIM” Pinggang bagi kita dan

DAL” dua kaki bagi kita.
Itulah yang diesakan dengan “ASYAHADU” yakni :

ALIF” ALHAQ artinya Yang diEsaka dan yang dibesarkan.
SYIN SYUHUDUL HAQ “ artinya Yang diakui bersifat Ketuhanan dengan sebenar benarnya.

“”HA” HADIYAN MUHDIYAN ILAL HAQ “ artinya Yang menjadi Petunjuk selain menunjuki kepada jalan/Agama yang Hak.

DAL” DAIYAN ILAL HAQ artinya Selalu menyerukan atau yang selalu memberi Peringatan kepada Agama yang Hak.

ALHAMDU” berma’na “ALHAYATU MUHAMMADU” artinya Kesempurnaan Tajalli Nur Muhammad.

Pahamnya ialah “ADAM” adalah nama adapt atau nama syari’at atau nama hakikat, atau nama kebesaran bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD. Dan MUHAMMAD adalah nama keesaan yang menghimpunkan akan nama Adam, dan nama Allah.

Pada bahasa atau ilmu bahasa Arab “ADAM” itu damirnya “HU” dan MUHAMMAD itu damirnya “HU” dan ALLAH itu damirnya “HU”.
Pada ma’na Syari’at “HU” itu berma’na Dia Seorang Laki-laki, dan pada
Ma’na Hakikat adalah jumlah yang banyak rupa wujudnya, tetapi pada ma’na Hakikat “HU” itu adalah “Esa” tiada berbilang bilang. Itulah isyarat Al Qur’an “HUWAL HAYYUN QAOYYUM” yang HAIYUN awal tiada ada permulaannya “WAHUWAL’ALI YIL’AZIM” yang bersifat denga sifat sifat kesempurnaan lagi maha besar.

HUAR RAHMANURRAHIM” yang bersifat rahman dan rahim.
HUWARABBUL ‘ABSIL KARIM” yang memiliki Arasy yang Maha Mulia, Arasy itu ada nama kemuliaan Diri Nabi Kita itu yang sebenar benarnya, tetapi juga menjadi nama Majazi bagi sesuatu tempat, atau suatu alam Ghaib yang dimuliakan adanya, sama halnya seperti JIBRIL, MIKAIL, IZRAFIL, ISMA’IL, NUHAIL, SURAIL.
Menurut tafsir yang me’I’tibar semuanya dengan bahasa Suryani atau bahasa Arab di zaman Pura, yang bernama ABDULLAH maka yang … ABDULLAH itu adalah Nabi kita yang bernama MUHAMMAD itu sendiri.
Maka oleh karena itu didalam ayat “ISRA’” Nabi kita itu bernama ABDULLAH menunjukkan nama MUHAMMAD itu adalah juga Penghulu sekalian malaikat dan kebesaran nama MUHAMMAD itulah yang sebenar benarnya yang diisyaratkan oleh Al Quran dengan huruf huruf yang tidak dapat ditentukan atau dihinggakan namanya, karena bersangatan luas kandungannya mulai dari ALIF, LAM sampai NUR ada 29 tempat. Jadi semuanya nama-nama yang mulia, dilangit dan dibumi itu adalah nama kemuliaan dan kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata, dan menjadi nama Majazi pada tiap tiap Wujud yang dimuliakan pada ala mini.

Itulah isyarat Al Qur’an “WAHUAL LAZI PISSAMA ILLAHUW WAFIL ANDHI ILLAHUN” dan dialah yang sebenar benarnya memiliki sifat sifat Ketuhanan yakni sifat kesempurnaan yang ada dilangit dan sifat sifat kesempurnaan yang ada di bumi, dan ayat “LAHUL ASMA’UL HUSNA” artinya hanyalah dia yang sebenar benarnya memiliki nama nama yang mulia dan yang terpuji yang telah maujud pada semesta alam ini.

Tetapi karena adab Syari’at dihukumkan yang haram haram yang najis najis seperti Anjing dan Babi dan sebagainya yang tidak layak kecuali bagi MALUM pada majelis mengajar dan belajar, yang boleh membicarakan masalah tersebut diatas. Yang ke 3 (tiga) berkata ASYSYEH BURHANUDDIN ARRUMI pernah berkata yang maksudnya “bahwa hakikat kebesaran Nur Muhammad itu menghimpunkan 4 (empat) macam alam, dan hakikat alam itu hanya 4 (empat) macam saja himpunannya ialah :
  1. Alam HASUT ialah alam yang terhampar langit dan bumi dan segala isinya dan bagi kita HASUT itu ialah seluruh jasad, Kulit, Daging, Otak, Sumsum, Urat, Tulang.

  1. Alam MALAKUT ialah alam ghaib bagi malaikat malaikat, dan bagi kita malaku itu ialah Hati, Akal, Nafsu, Nafas, Penglihat, Pendengar, Pencium, Pengrasa dan sebagainya.


  1. Alam JABARUT ialah alam ghaib bagi Arasy, Kursi, Lum Mahpus, Syurga, Neraga dan sebagainya dan bagi kita Alam Jabarut itu ialah Roh, Ilmu, Hikmah, Fadilat, Hasanah dan sebagainya, dari pada segala sifat yang mulia dan terpuji.

  1. Alam LAHUT ialah alam ghaibbagi kebesaran Nur Muhammad dan bagi kita alam Lahut itu ialah Bathin tempat Rahasia, Iman, Islam, Tauhid dan Ma’rifat, maka ke 4 (empat) macam alam itu adalah semuanya wujud kesempurnaan tajalli Nur Muhammad, dan 4 (empat) macam alam itu lagi terhimpun kepada kebenaran wujud diri Rasulullah yang bernama INSANUL KAMIL. Dan menjadi berkah dan FAIDURRABBANI yakni kelebihan yang harus bagi tiap tiap Mu’min yang ahli Tahkik, karena mereka itu adalah “WADA SYATUL AMBIYA” yakni mewarisi kebenaran bathin nabi nabi dan rasul rasul dan mu’min yang tahkik itulah yang dinamakan Aulia Allah, tetapi mu’min itu tiada mengetahui bahwa dirinya adalah Aulia yang sebenarnya.
Pendapat AL HALAD dan IBNU ARABI bahwa kedua walikutub itu pernah berkata yang maksudnya bahwa Muhammad itu ada dua rupa, yakni ada dua rupa dia atau ada dua Ma’na :
  1. Muhammad yang berma’na QADIM AZALI, itulah diri Muhammad yang pertama, yang tidak ada AL MAUTU/mati padanya selama lamanya, jelasnya bahwa Muhammad diri yang pertama kita itu. Tulah yang awal NAFAS yang akhir SALBIAH, yang zahir MA’ANI dan yang bathin MA’NAWIYAH.
  2. Muhammad yang berma’na Abdullah Insanul Kamil itulah diri Muhammad yang kedua, nama yang harus baginya, bersifat manusia biasa yang berlaku padanya “SUNNATU INSANIAH, KULLU NAFSIN ZA IKATUL MAUT”

Dalam pada waktu itu wajib kita meng’itikadkan bahwa jasad nabi kita itu adalah QADIM IDHOFI, yaitu tidak rusak selama lamanya dikandung bumi. Seperti hadis sahih AL BUKHARI/ riwayat BUKHARI : “ INNALLAHA AZZA WAJALLA HARRAMA’ALAL ARDHI AIYA KULLA AZSADAL AMBIYA” artinya Bahwasanya Allah Ta’ala yang maha tinggi telah mengharamkan akan bumi, bahwa bumi itu bisa menghancurkan akan jasad para nabi nabi. Maka tahkiknya paham kedua walikutub itu, supaya kita jangan terlihat dengan paham Nasrani, dengan Yahudi dan sebagainya. Maka kita tetapkan dahulu paham kita ialah :

  1. Bahwa pada hokum adapt, Nabi kita Muhammad yang Muhammad itu adalah manusia biasa seperti kita, hanyalah dilebihkan ia dengan kerasulan.
  2. Bahwa tiap tiap manusia itu sendirinya baik pada hukum akal dan pada hukum nakli, ada mempunyai dua macam diri yakni diri pertama atau diri hakiki ialah Rohani, dan diri yang kedua yaitu dir Majazi ialah Jasmani, dan diri yang kedua atau diri jasmani itu karena kemuliaan bagi Rasulullah dinamakan INSANUL KAMIL.
  3. Bahwa diri Hakiki yang berma’na Rohani itulah yang bernama Muhammad. Itulah yang Qadim Azali, Qadim Izzati, Qadim Hakiki, itulah ma’na yang dirahasiakan yang menjadi keesaan segala sifat kesempurnaan yang 99 (sembilan puluh sembilan) itu. Jalannya kebesaran wujud Roh Nabi kita itulah yang diisyaratkan oleh kalimah “HUALLAH” jadi ma’na Muhammad itu Tahkiknya adalah “AINUL HAYATI” yakni wujud sifat yang hidup dan yang menghidupkan. Maka itulah yang diisyaratkan dengan kalimah “LA ILAHA ILLALLAH” dan yang dibenarkan dengan kalimah “ALLAHU AKBAR” dan yang dipuji dengan “SUBBHANALLAH WALHAMDULILLAH dan sebagainya lagi. Itulah yang dipuji dengan “ALHAQ QULHAQ” oleh seluruh malaikat malaikat MUKARRABIN menurut tafsir yang me’itibar.
  4. Bahwa diri Majazi yang berma’na Jasmani, itulah yang bernama Insanul Kamil. Itulah Muhammad majazi, yakni Muhammad yang kedua yang menempuh ALMAUTU pada adapt, tetapi jasad Nabi itu adalah Qadim Idhofi. Jasad Nabi kita itulah diisyaratkan oleh ayat AL QUR’AN “PADABA RAKALLHU AHNAUL KHORIKIM: artinya Maha Sempurnalah Sifat Allah pada Kezahiran Wujud yang sebaik baik rupa kejadian itu”. Dan diisyaratkan Hadis Qudsi “ ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI” artinya Kezahiran sifat kesempurnaan Allah itu adalah maujud pada hakikat kesempurnaan seorang hamba yang bernama Muhammad Rasulullah itu. Yakni maujud dengan rupa Insanul Kamil, maka rupa wujud Insanul Kamil itulah yang diisyaratkan oleh AL QUR’AN dengan “AMPUSAKUM” artinya Wujud Diri Kamu Sendiri, yakni “WAFI AMPUSIKUM APALA TUBSIRUN” artinya Dan yang diri kami berupa wujud insane itu apakah tidak kamu pikirkan. Yakni yang menjadi diri hakiki atau diri pertama pada insan itu.

Pada hakikatnya adalah kebenaran dan kesempurnaan Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itu semata mata, dan diri kedua itupun tidak lain karena itulah dinamakan insane yakni yang kedua, atau rupa Muhammad yang nyata, yang nasut, maka kebenaran Roh Nabi kita yang bernama Muhammad itulah yang diisyaratkan oleh Al Qur’an “ALLAHU NURUSSMA WATIWAL ARDHI” artinya Kebenaran Nur Allah itu ialah Maujud di langit dan dibumi. Dan ayat seterusnya “NURUN ‘ALA NURIN” artinya Nur yang hidup dan yang menghidupkan atas tiap tiap wujud yang hidup pada alam ini, itulah isyarat perkataan 4 (empat sahabat besar itu ialah yang berbunyi demikian :

Berkata Saidina Abu Bakar Siddik r.a.
ﻮﻤﺎﺮﺍﻳﺖ ﺷﻳﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻳﺖﺍﷲ
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat kebenaran Allah semata mata dahulunya.

Kata Umar Ibnu Khattab r.a :
MAA RAAITU SYAIAN ILLA WARAAITULLAHU MA’AHU”
artinya Tidak aku lihat pada wujud sesuatu dan hanyalah aku lihat kebenaran Allah Ta’ala semata-mata kemudiannya.

Kata Usman Ibnu Affan r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺘﺒﻳﺎ ﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻤﻌﻪ
Artinya : Tidak aku lihat pada wujud sesuatuhanyalah aku lihat kebesaran Allah Ta’ala semata-mata besertanya.

Kata Ali Ibnu Abi Talib r.a :
ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺷﻴﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ
Artinya : Tidak Aku lihat pada wujud sesuatu hanyalah aku lihat kebesaran Allah Ta’ala semata-mata maujud padanya.

Itulah isyarat ayat Al Qur’an “WAKULIL HAMDULILLAH SAYURIIKUM AAYAA TIHI FA’A HIRU NAHA” artinya Dan ucapkanlah puji bagi Allah karena sangat nampak bagi kamu pada wujud diri kami itu sendiri, akan tanda tanda kebesaran Allah Ta’ala, supaya kamu dapat mengenalnya
Dari itu dengan sabda Nabi Muhammad SAW “MAM TALABAL MAULA BICHAIRI NAFSIHI PAKAD DALLA DALALAM BA’IDA” artinya Barang siapa mengenal Allah Ta’ala diluar dari pada mengenal hakikat dirinya sendiri., maka sesungguhnya adalah ia sesat yang bersangat sesat. Karena hakikat diri yang sebenarnya, baik rohani dan jasmani tidak lain melainkan adalah wujud kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD itu semata-mata. Maka apa apa nama segala yang maujud pada ala mini, baik pada alam nyang nyata dan alam yang ghaib adalah semuanya nama Majazi bagi kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD.

Adapun ma’na Syahadat yang tahkikut tahkik “ASYHADUALLA ILAHA ILLALLAH” naik sakti aku bahwasanya Rohku dan Jasadku tidak lain, melainkan wujud kesempurnaan tajalli NUR MUHAMMAD semata-mata“WA ASYHADUANNA MUHAMMADARRASULULLAH” dan naik saksi Aku bahwa hanya MUHAMMAD RASULULLAH itu tiada lain, melainkan wujud kebenaran tajalli NUR MUHAMMAD yang sebenar benarnya.

Maka kesempurnaan musyahadah, murakabah, dan mukapahah, yakni keesaan pada diri adalah pada keluar masuknya nafas, karena pahak tahkik, tidak ada lagi “LAA” tetapi hanya “ILLAH” yakni tidak lain “NAFSI” ILLAHU” tidak lain DIRIKU. Melainkan wujud kebesaran NUR MUHAMMAD semata mata.






No comments:

Post a Comment

ALLAH DAN MUHAMMAD SELALU BERIRINGAN,DIAMANA ADA MUHAMMAD DISITU ADA ALLAH